Menelisik Hukum dan Hikmah Penghinaan terhadap Rasul
Penulis: HAKYIM (H. Alda Kartika Yudha Ibnu Murmadi)
Hukum penghinaan terhadap nabi
Menggambar dan memerankan tokoh nabi Muhammad Saw. dengan tujuan menghina tentu haram. Hal ini bahkan dapat dihukumi kafir atau bahkan dibunuh. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al-Shârim al-Maslûl ‘ala Syâtim al-Rasûl mengatakan bahwa ulama bersepakat tentang hukuman bagi para penghina nabi adalah kafir dan dibunuh baik itu muslim atau pun kafir. Akan tetapi yang perlu kita ketahui bahwa yang berhak menghukum mati adalah qadhi atau hakim dinegara muslim, dan bukan orang awam. Tindakan sepihak (tanpa keputusan hakim), tidaklah dapat dibenarkan. Syekh Ali Jum’ah juga mengatakan bahwa para penghina nabi itu hakikatnya adalah orang hina dan merupakan keturunan orang hina (سافل ابن سافل). Dia hina karena menghina nabi, dan orang tuanya hina karena tidak tahu bagaimana cara mendidik buah hatinya.
Menggambar untuk syiar agama?
Darul ifta` Mesir memfatwakan, tidak boleh memerankan peran rasul-rasul Allah dalam sebuah drama. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kehormatan dan kewibaan nabi. Para nabi adalah manusia terbaik diantara semua manusia, maka tidak pantas untuk menyerupakannya dengan manusia lain karena wibawanya yang tinggi (red: tertinggi). Bahkan syariat menegaskan, setan pun tidak mampu meniru para nabi (bahkan) dalam mimpi. Hal ini berdasakan hadis Bukhari dan Muslim “barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku karena setan tidak bisa menyerupaiku”. Dari hadis ini dapat kita ketahui bahwa Allah sangat menjaga kedudukan nabi, hingga setan pun tidak dapat menyerupainya. Dari sini juga dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjaga kedudukan nabi maka tidak boleh bagi siapapun untuk menyerupai nabi atau bahkan memerankan nabi dalam sebuah drama. Melihat dari sebab haramnya memerankan nabi menurut Darul Ifta`, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa menggambar nabi meski untuk tujuan syiar agama adalah dilarang.
Mencari Hikmah dibalik musibah
Dalam setiap kejadian akan selalu ada hikmah yang bisa diambil, baik itu kejadian yang buruk ataupun yang baik. Terlepas bahwa jelas penghinaan nabi itu adalah perbuatan salah dan bahkan dihukumi kafir serta mendapat laknat Allah didunia dan akhirat. Syekh Ali Jum’ah menanggapi kejadian Charlie Hebdo dengan mengatakan bahwa ketika ada kelompok yang menghina nabi, sesungguhnya didalamnya terdapat hikmah, salah satunya adalah hal tersebut justru menaikkan derajat nabi disisi Allah. Kemuliaan itu tidak ada batasnya dan Allah ingin menaikkan derajat nabi dengan segala hal, seperti dengan doa, shalawat kepada nabi dan juga tak terlepas dengan kezalimnya orang-orang bodoh terhadap nabi. Sebagaimana diketahui bahwa derajat orang yang zalim selalu dibawah dan derajat orang yang terzalimi selalu diatas dan semakin tinggi. Oleh karena itu Allah membiarkan perilaku mereka.
Sebenarnya peristiwa penghinaan nabi seperti ini sudah banyak sekali terjadi dan hanya beberapa yang kita saksikan dan kita ikut alami. Salah satu hal yang dapat dipelajari dari kejadian ini adalah banyak dari kita yang perilakunya seolah membela agama Islam, akan tetapi pada kenyataannya justru malah “berperan” untuk menampilkan citra Islam menjadi buruk. yang dilakukan oleh pelaku penembakan di Charlie Hebdo yang kemudian yang menewaskan 12 orang dengan dalih membela Islam karena nabi Muhammad Saw. dihina. Secara tidak langsung, perilaku mereka justru membuat banyak orang yang bersimpati kepada Charlie Hebdo lalu mengusung istilah “je suis Charlie” yang kemudian kantor Charlie Hebdo membuat penghinaan nabi dengan mencetak oplahnya lebih banyak karena merasa mendapat dukungan dari penjuru dunia.
Muhasabah diri
Menanggapi penghinaan terhadap nabi ini Syekh Habib Ali al-Jufri juga memberikan statemen yang harus kita renungkan. Beliau berkata “Maaf ya Rasul, orang-orang bodoh yang menggambar dirimu itu pada hakekatnya tidaklah menggambar dirimu, akan tetapi menggambar apa yang mereka lihat dari diri kami yang mana berbeda dengan ajaranmu.” Perkataan ini tentu patut untuk kita renungkan, karena penulis yakin bahwa jika nabi sekarang masih hidup dan menjadi representasi seorang muslim, tentu jangankan menghina, pasti mereka akan berdiri menjadi pembela nabi karena mengetahui betapa besar dan hebatnya nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, permasalahannya adalah kita yang menjadi representasi wajah Islam, bukan rasul. Seharusnya bukan mereka yang kita serang, namun kita yang harus berkaca.
Mari kita gunakan anugrah terbesar dari Sang Pencipta berupa akal, sebelum kita berbuat sesuatu yang mungkin justru akan mencederai Islam itu sendiri. Kita adalah umat yang terbaik yang diperuntukkan untuk manusia. Oleh karena itu, seyogyanya kita tidak berbuat sesuatu dengan akal pendek kita yang kemudian malah menjadikan Islam memiliki image agama yang memusuhi seluruh dunia, padahal sejatinya adalah agama yang merahmati seluruh dunia.
Wallahu a'lam.
Posting Komentar untuk "Menelisik Hukum dan Hikmah Penghinaan terhadap Rasul"