Penulis: HAKYIM (H. Alda Kartika Yudha Ibnu Murmadi)
Bagaiamana cara menuntut ilmu yang diajarkan para ulama salaf?
Imam Syafi’i mengatakan, bahwa ada enam hal yang
harus dimiliki oleh para pencari ilmu, yaitu: Kecerdasan, Kerakusan dalam
menuntut ilmu, Kesungguhan, Bekal (harta), Bimbingan guru, dan Waktu yang
panjang.
1)
Kecerdasan
Semua hamba yang mempunyai akal pasti mempunyai kecerdasan, dan kecerdasan
masing-masing manusia tentunya berbeda-beda. Tapi yang perlu menjadi perhatian
adalah, bahwa kecerdasan disini hanyalah sarana (alat) dan
bukan tujuan. Sebagai hamba, kewajiban kita adalah berusaha keras untuk mencari
ilmu, bukan untuk menjadi orang yang pintar. Sebagaimana Allah memerintahkan
kepada kita “Bacalah!”, dan tidak mewajibkan kita untuk “Pintarlah!”.
Pintar adalah hasil yang dikaruniakan
oleh Allah untuk kita yang salah satunya lewat sarana kecerdasan. Sedangkan
kewajiban kita adalah memanfaatkan kecerdasan itu, semaksimal kita.
2)
Kerakusan
dalam menuntut ilmu
Kerakusan disini memiliki makna istikamah atau berterus-terusan
dalam menuntut ilmu. Dalam perihal membaca kitabnya, menghafalnya, mempelajarinya,
menuntut ilmu, dan sebagainya. Sebagai contoh, Imam Bukhari ketika ditanya tentang kekuatan hafalannya,
beliau menjawab bahwa hal itu dikarenakan seringnya beliau dalam membaca dan murâjaah kitab.
3)
Kesungguhan
para ulama
Dalam perihal kesungguhan dalam menuntut ilmu, Syekh
Ali Jum’ah bercerita bahwa Imam Nawawi pengarang kitab Arba’în al-Nawawiyah,
Syarah Shahih Muslim, al-Majmu’, Raudhah al-Thâlibin, dan
lainnya. Setiap hari beliau belajar 12 jenis ilmu. Imam Nawawi juga sangat
jarang sekali tidur dengan sisi tubuhnya, beliau tidur dalam keadaan duduk
selama dua tahun. Bahkan karena kesungguhan dan pemanfaatan waktunya untuk
belajar, dalam perkara makan pun beliau disuapi oleh ibunya. Karena kecintaanya pada ilmu juga, imam Nawawi sampai tidak
menikah. Beliau sangat kurus,
hingga pernah ada yang tidak yakin bahwa beliau adalah imam Nawawi, karena dia
fikir sang imam pastilah berbadan subur dan besar.
Contoh lainnya, dalam buku Shafahât min Sabri al-Ulama,
Abdul Fatah Abu Ghudah menceritakan tentang kesabaran dan juhud para ulama
dalam menuntut ilmu. Beberapa contohnya adalah Sa’id bin Musayyab yang pernah
melakukan perjalanan berhari-hari demi mendapat satu hadis saja.
Ibnu Muqri’ bin Ali juga pernah
menceritakan bahwa dirinya, al-Tabrani dan Abu Hayyan pernah menuntut ilmu di
Madinah. Waktu itu mereka kehabisan bekal sehingga mereka akhirnya berpuasa wishâl (puasa
setiap hari, tanpa jeda).
Ketika datang waktu isya’, Ibnu Muqri’ mengaduh karena lapar yang sangat, sembari menyebut nama Rasulullah Saw. Al-Thabrani
berkata: “Duduklah, karena pilihannya hanya dua, jika
tidak datang rizki maka akan datang kematian! Kemudian Ibnu Muqri’ dan Ibnu Hayyan memutuskan
untuk mendirikan salat. Tiba-tiba datang seseorang bersama dua
anak kecil membawa keranjang makanan dan berkata: “Kalian mengadu kepada Rasulullah,
dan Rasulullah datang ke dalam
mimpiku agar membawakan sesuatu untuk kalian”.Artikel selengkapnya:
Ilmu dan Ulama; Keistimewaan (1)
Ilmu dan Ulama; Cara Ulama Salaf Menuntut Ilmu (3)
Ilmu dan Ulama; Cara Ulama Salaf Menuntut Ilmu (4-Habis)
Posting Komentar untuk "Ilmu dan Ulama; Cara Ulama Salaf Menuntut Ilmu (2)"