Penulis: HAKYIM (H. Alda Kartika Yudha Ibnu Murmadi)
6) Waktu yang panjang
Beberapa cerita mengenai juhud ulama yang telah
disampaikan di atas menunjukkan bahwa para ulama sangat mengerti; seseorang
yang menuntut ilmu itu tidak bisa hanya dengan proses sehari dua hari lalu abrakadabra
dan jadilah ulama atau mujtahid. Bahkan untuk mempelajari satu jilid dari kitab al-Mughni
karangan Ibnu Qudamah saja, syekh Ali Jum’ah membutuhkan waktu lebih dari 40
tahun! Hal ini juga menjadi anjuran agar tidak terburu-buru dalam menuntut
ilmu, karena terburu-buru dalam menuntut ilmu hanya akan mengantarkan kita pada
setan dan kebodohan.
Sebagai sindirian bagi mereka yang menganggap
dirinya ulama padahal sejatinya termasuk juhalâ (orang-orang bodoh)
disebabkan karena kilatnya dalam menuntut ilmu, Syekh Muhammad Ghazali dalam
kitabnya al-Sunnah al-Nabawiyah Baina Ahlu Fiqh wa Ahlul Hadits pernah
mengatakan “Saya mempunyai tujuan (cita-cita) untuk memurnikan sunnah
nabawiyah dari hal-hal yang mencampurinya, juga menjaga keilmuan islam dari orang-orang
yang menuntut ilmu pada hari sabtu, kemudian mengajarkannya pada hari ahad, lalu
mengambil gelar professor pada hari senin, dan pada hari selasa mereka berdebat
dengan para Imam besar seraya berkata: “nahnu rijal wa hum rijal” (kita ulama dan
mereka juga ulama).”
Begitulah kiranya bagaimana para ulama terdahulu
berusaha keras dalam menuntut ilmu dan tidak hanya menjadikannya sebagai
pekerjaan sambilan. Orang yang berilmu adalah kunci kemajuan semua peradaban, begitu
juga peradaban Islam, pun kemunduranya. Sebab lain adalah banyaknya para jahil
yang kemudian mengaku sebagai pemimpin dan ulama. Mereka
yang jahil ini kemudian berbuat kezaliman atau fatwa sembarangan secara sadar
ataupun tidak, dan dengan lantang mengatasnamakan diri mereka Islam yang haq, Islam yang sebenarnya. Mereka telah sesat juga menyesatkan.
Sang guru; Syekh Usamah Sayyid Azhari |
Artikel Sebelumnya:
Ilmu dan Ulama; Keistimewaan (1)
Posting Komentar untuk "Ilmu dan Ulama; Cara Ulama Salaf Menuntut Ilmu (4-Habis)"