Negara Islam (dan Semua Ideologi) Tidak Menjamin Kesejahteraan

Pada dasarnya ideologi negara islam-pun (dan bahkan semua ideologi), tidak menjamin sebuah negara akan makmur, aman sentosa. Sejarah mencatat, bahwa tidak semua kekhalifahan islam berjalan dengan mulus, adil, dan bahkan justru jauh dari kata rahmatan lil ‘alamin. Ambil contoh Khalifah al-Amin Muhammad Abu Abdullah bin Rasyid yang mewarisi tahta dari keberhasilan bapaknya Harun Ar-Rasyid. Memimpin pada tahun 193-198 H. Imam Suyuti bahkan menggambarkannya dengan perancang yang buruk, boros, memiliki akal yang lemah, bodoh, tidak cakap sebagai khalifah, dan bahkan pertama kali yang dia lakukan setelah dua hari dibaiat sebagai khilafah adalah membuat lapangan bola di samping istana al-Mansur untuk bermain bola. Dia bahkan menggeser al-Ma’mun yang merupakan calon raja (Wali al-‘ahdi) setelahnya atas wasiat dari Harun Ar-Rasyid dan memberikan gelar wali al’ahdi itu kepada anaknya sendiri yang bernama Musa yang kala itu masih menyusu. Bahkan Al-Amin yang memberi gelar anaknya sebagai an-Nathiq bil haq (Penyuara Kebeneran) dan kemudian mengambil surat wasiat Raja Harun yang ada di Kakbah yang menyatakan bahwa al-Ma’mun adalah wali al’ahdi (raja setelah al-Amin), dan merobek surat wasiat tersebut (Suyuthi, 911 H: 219).

Posting Komentar untuk "Negara Islam (dan Semua Ideologi) Tidak Menjamin Kesejahteraan"