Assalamu’alaikum Wr Wb
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Bapak, Ibu, Istri dan anaku serta jama’ah shalat Idul
Fithri sekalian yang semoga dirahmati oleh Allah
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah yang pada
kesempatan kali ini Allah sekali lagi telah memberikan kepada kita nikmat yang
begitu agung, dimana kita bisa menemui hari raya umat Islam yaitu idul Fitri
yang semoga menjadi tanda keberkahan dalan hidup kita.
Dan semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Dalam keadaan yang tidak biasa, alhamdulillah kita masih bisa
melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan pada tahun ini, dan kemudian merayakan
hari besar umat Islam ini. Semoga, terlepas dari keadaan yang kita alami pada
masa ini, kita tetap termasuk orang-orang yang memuliakan Ramadhan. Karena
hakikatnya, kemuliaan Ramadhan, bukan terletak pada ramainya pengajian, atau
buka puasa bersama, tarawih jamaah, dan juga pada pasar Ramadhan. Kemulian
Ramadhan pada dasarnya terletak pada bulan tersebut, dimana Allah menjadikan
Ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah, bulan diturunkanya al-Quran, bulan
dimana setan dibelenggu, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, bulan
pengampunan dosa, dan masih banyak keistimewaan lainya.
Sebagaimana kita melaksanakan ibadah Ramadhan di rumah, ternyata
Allah masih menguji kita dengan harus merayakan hari raya idul fitri di rumah.
Meskipun begitu, dimanapun tempatnya, mari kita rayakan hari raya idul fitri
ini sebagai hari raya umat Islam. Karena pada hakikatnya keistimewaan bulan ini
pun, bukan terletak pada shalat jamaah di lapangan ataupun pada mudiknya, akan
tetapi ada pada bulan itu sendiri yang merupakan bulan peningkatan dan
pembuktian ketaqwaan kita kepada Allah setelah kita menjalani puasa 1 bulan.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Para ulama kita di Indonesia telah meberikan fatwa bahwa Ramadhan
dan shalat idul fitri kali ini seharusnya dilaksanakan di rumah saja demi
mencegah tersebarnya virus corona. Maka kita sebagai orang awam, sudah
selayaknya mematuhi fatwa ulama tersebut. Sebagaimana firman Allah:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Yang artinya: maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Dan juga ayat al-Quran yang
berbunyi:
إِنَّمَا يَخْشَى
اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para Ulama”
Maka adalah salah jika ada yang
mengatakan bahwa “takutlah pada Allah, bukan takut kepada corona” lalu tetap
memilih shalat di masjid bahkan di lapangan. Ayat tersebut dengan jelas
menegaskan bahwa yang takut kepada Allah adalah golongan ulama. Lalu siapakah
kita yang berhak mengklaim bahwa para ulama di Indonesia ini takut pada Corona
dan tidak takut kepada Allah? Apakah kita ulama? Jika bukan, maka sungguh
perkataan tersebut justru menunjukan kesombongan orang-orang yang tidak berilmu
dibidangnya.
Jika kita mau sungguh-sungguh bermuhasabah, pada kenyataanya muslim
mana yang rela jika masjid dan lapangan sepi ketika Bulan Ramadhan dan hari
Raya Idul Fitri? Jangankan yang ulama, yang awam saja pasti tidak rela. Akan
tetapi Ramadhan dan Idul Fitri kali ini memang berbeda. Sekarang umat muslim
sedang diuji agar tetap memulyakan bulan Ramadhan dan Idul Fitri tanpa
adat-adat yang biasanya kita laksanakan. Pertanyaanya, jika kita mampu
memuliakan Ramadhan dan Idul Fitri dengan beramai-ramai, apakah kita masih
mampu untuk memuliakan keduanya dalam keadaan sepi dan senyap?
Jika ada yang merasa bahwa Ramadhan dan idul fitri tanpa keramaian
akan mengurangi rahmat Allah, atau bahkan mengundang murka Allah, maka hal itu
adalah kekeliruan besar. Karena pada dasarnya, Allah tidak membutuhkan amalan
kita. Amalan kita hanya pembuktian bahwa kita siap dan taat menjadi hamba Allah
dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka apapun
bentuk amalnya, jika bertujuan mencari ridho Allah dan tetap beriman kepada
takdir Allah, maka hal itu bisa jadi, jauh lebih baik di mata Allah, daripada
memaksakan diri kepada ibadah sunnah, dengan membahayakan nyawa sendiri dan
orang lain.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ .اللهُ
أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Dalam Kitab Hikam, Ibnu Athaillah berkata, di antara tanda
seseorang bersandar kepada amalnya (dan bukan kepada Allah), adalah kurangnya
sifat ar-roja’ (yaitu sifat rasa harap kepada rahmat Allah) ketika ada
kekurangan dalam amalnya.”
Dalam hikmah pertama yang ditulis Ibnu Athaillah ini, kita dilarang
bersandar kepada amal kita. Kita dituntut untuk hanya bersandar kepada Allah
semata. Maka, sebagaimana kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, api,
dan kayu, kita juga dilarang menyekutukan Allah dengan amalan-amalan kita.
Seolah amal kitalah faktor utama datangnya rahmat Allah dan hadiah surga dari
Allah. Maka, melaksanakan Ramadhan dan merayakan Idul fitri dengan sepi dan
senyap kali ini sebagaiamana yang difatwakan para Ulama, bisa menjadi bukti
bahwa Ibadah kita pada hakikatnya menjadi bukti bahwa ibadah ini kita
laksanakan karena kita taat mengikuti perintah Allah dan menjauhi laranganya.
Bukan semata-mata karena hawa nafsu dengan mencari kepuasaan seperti dalam perkataan
“Kalau Ramadhan tidak di masjid tidak pas dan puas” atau perkataan “kalau
Shalat ied tidak di lapangan rasanya kurang pas dan puas”.
Dan jikapun ada yang menyatakan bahwa wabah ini adalah takdir yang
buruk yang ditimpakan kepada kita, maka seharusnya kita sadar bahwa rukun Iman
yang keenam yang harus kita Imani adalah, beriman kepada takdir baik dan takdir
buruk yang ada. Maka dari itu, mari kita gunakan kesempatan ini, untuk
membuktikan kualitas keimanan kita pada takdir yang Allah tentukan bagi kita.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ .اللهُ
أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Terakhir, marilah kita berdoa bersama agar musibah ini segera
diangkat, dan kita senantiasa berada dalam lindungan dan hidayahNya.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
Wa’alaikumsalam Wr Wb
Untuk akses via word bisa didownload di Teks Khutbah Idul Fitri di Rumah 1441
Posting Komentar untuk "Teks Khutbah Idul Fitri 1441 H"