Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Ngaji Munqidz al-Ghazali; Tasawuf dan Jalan Kebenaran (Bag 4-Terakhir)

Gambar
4. Tasawwuf Setelah kekecewaan Ghazali dengan ilmu kalam, filsafat, dan ta’limiyah, Ghazali beralih kepada Ilmu Tasawwuf. Dia kemudian membaca banyak buku tentang hal tersebut, mulai dari Quttul Qulub-nya Al-Makky, Mutafarrikat al-Ma’tsurah milik al-Junaidi, karya-karya al-Syibli, Abu Yazid al-Bustomi, Haris al-Muhasibi, dll. Tapi kemudian dia menemukan kekecewaan karena kitab yang ia baca hanya memberikan wacana dan teori tasawuf, sedangkan inti tasawuf yang sebenarnya ada pada pengamalan ( al-ahwal ) dan rasa ( dzauq ), bukan hanya sekedar pada aqwal (ucapan). Dari sini kemudian Ghazali berazam untuk uzlah , khalwat (menyepi), dan mengunci diri demi mencari obat untuk kegalauanya dan menghapus dahaga intelektualnya melalui tasawuf. Selain tujuan demi mencari kebenaran sejati dan menguji ilmu tasawuf, Ghazali ternyata menyadari bahwa dirinya sudah terlalu jauh melenceng dari keikhlasan kepada Allah. Alih-alih mengajar dengan niatan murni kepada Allah, setelah dia cek amala...

Ngaji Munqidz al-Ghazali: Menguji Ilmu Kalam, Filsafat, dan Bathiniyah (Bag 3)

Gambar
1.       Ilmu Kalam Dinamakan ilmu kalam, karena metode yang dipakai adalah kalam (bicara/ debat). Menurut Ghazali, pada awalnya Golongan Mutakallimun (Ahli Tauhid) tumbuh untuk membela sunah dari rongrongan ahli bid’ah. Ketika itu, ulama muslim harus berhadapan dengan teologi dan peradaban lain dalam dakwahnya, dimana musuh dakwah mereka ketika itu menggunakan ilmu kalam untuk mendebat ulama muslim. Oleh karenanya ulama ketika merasa perlu untuk mempelajari ilmu debat dan logika. Karena barang tentu, ahli kalam (non-Islam) tidak mau jika didebat dengan al-Quran dan Sunah karena mereka memang tidak mengimani hal tersebut. Maka, ulama kalam Islam kemudian mencoba mengalahkan mereka di "kandang mereka" yaitu kandang ilmu kalam. Mulanya ahlu kalam menggunakan ilmunya dengan cara yang apik untuk membela sunah. Namun kemudian ahli kalam menggunakan ilmunya selangkah lebih maju dan melampaui wewenang ilmunya, yaitu untuk membahas berbagai hakikat perkara da...

Ngaji Munqidz al-Ghazali: Ghazali Menjadi Sophistic (Bag 2)

Gambar
            Keinginanya untuk mendapatkan kebenaran otentik tersebut, membuat Ghazali menguji semua premis dasar dan ilmu-ilmu yang ia miliki. Apakah ilmu dan premis dasar yang selama ini dia miliki sudah sampai ke derajat ‘ilmu al-yaqin ” sebagaimana yang ia harapkan? Naas, ternyata tidak. Semua ilmu dan premis dasar yang ia yakini, runtuh dan meragukan dihadapan akalnya sendiri. Kecuali dua hal, yaitu ilmu/ pengetahuan yang berasal dari indra 9pengalaman indrawi) dan ilmu primer/ pasti (berasal dari akal). Tak puas dengan hal itu, lagi-lagi Ghazali menguji dua ilmu yang tersisa. Dan dia mendapatkan apa yang tak ia inginkan. Lagi-lagi keraguan! 1.       Ilmu Mahsus (Indrawi). Awalnya, dia berfikir bahwa ilmu itu datang dari pengalaman yang ditangkap oleh panca indra. Maka ilmu yang berasal dari indrawi pastilah ilmu al-yaqin . Akan tetapi, setelah kembali diuji, ternyata Ghazali menemukan keragua...

Ngaji Munqidz al-Ghazali: Pendahuluan (Bag 1)

Gambar
Siapa yang tidak kenal Imam Ghazali? Beliau dijuluki sebagai Hujjatul Islam (Pembawa Bukti Islam) karena saking banyaknya disipilin Ilmu yang dia kuasai mulai dari fikih, ushul fikih, hadis, ilmu kalam, filsafat dan tentunya tasawuf. Beliau mampu mendatangkan hujjah-hujjah ketika ada golongan yang mencoba mendiskreditkan Islam lewat jalur ilmu mereka masing-masing. Beliau juga dijuluki sebagai Mujaddid Abad V H. Ghazali lahir di Thus (15 mill ke arah utara dari wilayah Meshad, Iran) pada 450 H/ 1058 M dari seorang ayah yang kurang mampu secara finansial yang mempunyai pekerjaan pemintal benang ( Ghazzal ). Nama aslinya adalah Muhammad, dan nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali at-Thusi. Namanya juga masyhur di dunia kesarjanaan barat dengan nama Algazel. Murid Imam al-Haramain al-Juwaini ini merupakan guru besar dan menjadi rektor di umur 34 tahun di Madrasah Nidzamiyah di Baghdad. Karena kegelisahan spiritualnya, dia kemudian mengemb...