The Siege of Mecca: Pertumpahan darah di Mekkah (Bag 2)
Dalam sejarahnya, Mekkah (hanya) pernah diserang dan bahkan dikuasi oleh tiga pasukan (empat kai jika pasukan Juhayman dihitung). Pertama, diserang pasukan Abrahah. Dimana Abrahah yang merupakan raja Kristen ketika itu iri dengan status Kakbah yang menjadi pusat haji (pilgrims) dan dikunjungi banyak orang. Dia kemudian mencoba membuat saingan Kakbah berupa gereja tempat untuk berhaji. Akan tetapi karena popularitasnya kalah, Abrahah memutuskan untuk menghancurkan Kakbah dengan pasukan gajahnya. Dalam teologi umat Islam, Pasukan Gajah ini hancur karena batu api neraka yang dibawa Burung Ababil sebagaimana dicertiakan dalam Surat al-Fiil. Sedangkan dalam bukunya Yoraslov, pasukan Abrahah “mati seperti daun dimakan ulat“ karena adanya burung yang melempari mereka dengan batu kecil, yang ternyata batu kecil ini membawa penyakit cacar dan campak, yang kemudian menghancurkan pasukan Abrahah.
Serangan kedua datang dari pasukan seorang Pangeran Crusader bernama Reynaud de Chatillon yang mencoba menyerang Madinah lewat Laut Merah dengan tujuan khusus mencuri jasad Nabi Muhammad. Tentunya rencana itu gagal, dan selang beberapa tahun kemudian Salahudin al-Ayyubi menangkap dan memenggal kepala si pangeran atas penghinaanya tersebut.
Uniknya (dalam artian kehinaan bagi muslim) dari Kakbah, justru yang berhasil menodai Kakbah adalah umat Islam itu sendiri. Seperti pada tahun 929, dimana seseorang dari sekte Karamatian yang bertempat di sebelah timur Arab, menjarah Hajar aswad dengan tujuan agar arus haji berubah ke daerahnya. It was never work. 20 tahun kemudian, mereka menyerah dan mengembalikan batu Hajar Aswad.
Serangan berikutnya terhadap Mekkah (dan juga Kakbah), ada hubungan panjang dengan salah satu kelompok Islam yang kita sebut dengan kelompok Wahabi yang bekerja sama dengan Bani Saud. Pada sekitar tahun 1700 paham reivivalis (gerakan yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang berkerja sama dengan Bani Saud) muncul dan melancarakan paham “Kembali kepada al-Quran dan Sunnah” ala mereka dan paham anti-bid’ahnya, yang juga anti-Syiah. Menurut Yoraslov, kelompok ini kemudian mendeklarasikan diri sebagai kerajaan Islam dengan menantang Dinasti Utsmaniyah kala itu. Kebencianya Wahabi terhadap Syiah, membuat pasukan Wahabi pada tahun 1802, menyerang Karbala yang merupakan pusatnya kelompok Syiah. Ketika itu, meskipun mayoritas berpaham Syiah, Karbala merupakan wilayah di bawah perlindungan Khilafah Utsmaniyah. Atas kebencianya kepada Syiah, pasukan wahabi memporak-porandakan Karbala dan dikabarkan membunuh 4000 penduduk setempat, yang bahkan (menurut buku ini), mereka tidak segan-segan mengeluarkan isi perut wanita hamil ketika itu. Setahun kemudian, Karbala membalas dengan menyerang Mekkah dan karena takut atas pembalasan Karbala, penduduk Mekkah memilih untuk menyerah (detail penyerangan tidak dijelaskan). Pada tahun 1813, Kekhalifahan Utsmaniyah berhasil mengambil alih Masjid Haram dari tangan Bani Saud lewat pasukan ekspedisi dari Mesir, dan membutuhkan waktu 5 tahun untuk mengalahkan Bani Saud secara utuh.
Sejarah berlanjut pada Januari 1902, Abdul Aziz muda yang merupakan keturunan Bani Saud bersama sekitar 60 pasukanya, secara diam-diam berhasil masuk ke Riyadh dan berhasil membunuh gubernur ketika itu dan mengambil alih Riyadh. Berita tersebar kemana-mana. Keluarga Saud telah kembali. Abdul Aziz berhasil menundukan beberapa wilayah di sekitar, dan masih dengan bantuan kelompok Wahabi, mereka berhasil menguasai daerah yang sekarang disebut sebagai Arab Saudi. Keluarga Saud dan doktrin Wahabi berhasil menjadi motor penggerak kehidupan sosial masyarakat. Bani Saud sebagai penguasa politik, dan Wahabbi sebagai penguasaan paham keagamaan.
Salah satu kejadian penting yang nantinya akan ada kaitanya dengan Juhayman adalah, keluarga Saud dan Wahabi berhasil mengajak orang Badui ketika itu yang sering hidup nomaden, agar mau hidup secara tetap dalam sebuah daerah. Hal ini sebenarnya susah dilakukan, karena kehidupan nomaden bagi orang baudi ketika itu adalah cara hidup mereka. Tapi Al-Saud dan Wahabi berhasil meyakinkan mereka dan membentuk sebuah daerah yang dinamakan dengan “hijras”. Nama yang diambil dari semangat hijrah Nabi dari Mekkah ke Medinah. Hijrah dari kehidupan nomaden ke kehidupan yang tetap. Mereka yang tinggal di hijras bersumpah bersama sebagai saudara dan menyebut diri mereka sebagai Ikhwan (bukan ikhwanul muslimin).
Ikhwan dengan segala kelebihan dan kekuranganya, menjadi salah satu pasukan utama Bani Saud. Banyak daerah dikuasai oleh Bani Saud atas bantuan Ikhwan. Pada tahun 1924, mereka gagal merebut Jordan, lalu beralih ke Taif (daratan atas kota Mekkah). Setelah Taif, kemudian Bani Saud berhasil menguasai kembali Mekkah. Setelah itu, Bani Saud mendeklarasikan untuk berhenti “jihad” dikarenakan daerah-daerah tetangga sudah dikuasai oleh Britain, dan Bani Saud tidak sanggup untuk berperang melawan mereka. Oleh Ikhwan, hal ini dianggap sebagai bentuk kelemahan dan pengkhianatan kepada Allah dikarenakan Bani Saud tidak mau memerangi kaum musyrik. Lebih-lebih, Bani Saud ketika itu memperkenalkan kepada warganya teknologi baru berupa Telegram, Telephone, radio, mobil, yang dianggap oleh Ikhwan sebagai bid’ah dan produk setan.
Pada tahun 1927, Ikhwan melawan perintah Bani Saud, dan bersikeras menyerang Irak dan Kuwait yang keduanya dibawah kekuasaan Britain. Menanggapi hal tersebut, Abdul Aziz marah dan memberikan persetujuan untuk Britain agar menyerang Ikhwan dengan (teknologi buatan setan berupa) pesawat. Tahun 1929 dua komandan Ikhwan Faisal al-Duwaish dan Sultan al Bijad berperang head to head dengan pasukan Abdul Aziz di Sbala (Nejd). Ikhwan kalah telak. Salah satu dari orang yang selamat dari peperangan itu adalah Muhammad bin Seif al-Uteybi yang perang bersama Bijad dan mendapat wasiat akhir untuk “Jangan menyerah“. Tujuh tahun setelah kejadian Sbala, Muhammad bin Seif dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak ini diberi nama Juhayman. Dalang dibalik pengepungan Kakbah tahun 1979, yang nantinya juga diketahui sebagai (bekas) murid dari Syekh Bin Baz. Anda pasti tahu siapa beliau.
Posting Komentar untuk "The Siege of Mecca: Pertumpahan darah di Mekkah (Bag 2)"