LGBTQ dan Qatar

Banyak negara yang mem-bully Qatar sebagai tuan rumah World Cup 2022 dengan alasan banyaknya pelanggaran HAM di Qatar, kedudukan wanita di Qatar dan hampir di seluruh mayoritas negara Arab yang di nomer duakan, dan juga hak-hak kaum Pelangi LGBTQ yang tidak dihargai. Banyak negara seperti Amerika, Perancis, Jerman, dan negara di Eropa pada umumnya, yang memberikan kritik pedas terhadap penunjukan FIFA untuk World Cup kali ini.

Hebatnya, Qatar tetap tak bergeming. Meskipun kalah mengenaskan dalam fase grup, tapi sebagai tuan rumah, dia benar-benar tak tergoyahkan. Salut buat Qatar.

Ironisnya, negara-negara Barat memang tidak mau mengerti dan tidak mau memahami bahwa setiap negara memiliki value/ nilai yang berbeda dari mereka. Mereka benar-benar beranggapan bahwa “Nilai/ value yang benar ya harus seperti kami ini. HAM versi kami ini. Kalau bukan seperti kami, ya salah“. Barat mengalami penyakit jiwa bermana “merasa superior”. Mereka melihat negara lain dengan kacamata inferior. Dan meresa, kalau tidak sesuai dengan versi mereka, maka itu salah.

Tentunya Amerika dan Eropa berteriak keras tentang HAM adalah sebuah “hipocrasy at its finest”. Kenapa? Amerika menginvansi Irak tahun 2003 dan membunuh banyak masyarakat Irak dengan alasan yang dibuat-buat berupa “senjata nuklir“, yang sampai sekarang mereka tidak meminta maaf akan hal itu. Belum lagi dengan Afganistan, Palestina, da atau yang lebih mengerikan peristiwa Bom Hiroshima dan Nagasaki. Negara ini berani menceramahi negara lain masalah HAM tanpa adanya rasa malu. Itu masih sedikit dari banyak list mengerikan pelanggaran HAM mereka. Sakit Jiwa bukan?

Sejarah Jerman juga mengenaskan. Negara yang kemarin melakukan gesture “membungkam mulut“ di laga versus Jepang sebagai bentuk protes larangan menggunakan atribut pelangi yang pada akhirnya kalah telak 2-1 oleh Jepang. juga bukan lagi sejarah yang manis untuk berteriak lantang mengenai HAM. Satu kata saja. Hitler. Atau di skala yang lebih kecil, Jerman memecat Ozil karena bersuara mengenai penindasan Uigyur. HAM apa yang sebenarnya mereka usung?

Saya aslinya mendukung Jerman untuk WC kali ini. Bahkan saya istri saya membelikan jersey Jerman sebelum WC di mulai (yang saya nggak beli karena saya anggap kemahalan), tapi akhirnya nggak pernah saya pakai karena kecewa dengan gesture Jerman. Mereka terlalu focus berpolitik daripada main bola. Kalah akhirnya.  Dikira gampang lawan Tsubasa sama Wakabayasi!

Barat berusaha mengakampanyekan value masyarakat mereka ke seluruh dunia. Tapi mereka nggak sadar, value hidup mereka itu SELALU berubah hampir setiap dekade. Dari yang konservatif, religous, lalu ada liberal, lalu demokrasi, lalu rasionalis, muncul kebebasan, muncul HAM, lalu mucul feminsime, perjuanangan kaum lesbian, naik level ke lesbian dan gay, lalu jadi LGBTQ. Bagaimana mereka berharap seluruh dunia untuk ikut mereka begitu saja ketika setiap minggu mereka mengganti KTP? Dan bahkan mereka tidak bisa meyakinkan semua penduduk mereka untuk setuju dengan LGBTQ!

Okelah, katakanlah FIFA memang salah nunjuk QATAR karena mereka pelanggar HAM. Katakanlah itu benar. Coba lihat, sebelum Qatar, tuan rumahnya adalah Rusia. Memang sih, Rusia waktu itu belum melancarakan perang ke Ukraine, tapi coba lihat juga, setelah Qatar, tuan rumah World Cup 2026, ternyata adalah Amerika Serikat. Negara paling banyak melanggar HAM kepada negara lain tapi selalu bebas bertindak karena dia MERASA sebagai negara adidaya. What an EGO!

Posting Komentar untuk "LGBTQ dan Qatar"