Video KH Yahya
yang mengatakan bahwa anak-anak fatayat jangan ikutan feminisme beredar. Sejauh
ini, saya pribadi belum melihat adanya penolakan terhadap video tersebut dari kalangan
feminist NU.
Dari buku Dekolonisasinya
mas Rofiq saya memahami bahwa proyek dekolonisasi adalah proyek memerdekakan
diri dari penajajahan ilmiah oleh sarjana Barat. Mudahnya, jika Indonesia sudah
merdeka sejak 17 Agustus 45, tapi dalam ranah akademik, kita belum semerdeka
itu. Cengkraman penjajah masih terasa dalam dunia akademik hingga sekarang. Contohnya
apa? Kita terlalu sering membebek kepada Sarjana Barat modern mengenai apa yang
disebut sebagai “ilmiah” dan tidak.
Termasuk paham feminisme ala barat yang menjadi inspirasi penyebaran
feminisme di Indonesia. Sebenarnya tidak salah juga untuk menerima pemikiran
Barat. Yang menjadi masalah adalah
feminist Indonesia menerima begitu saja doktrin Barat tanpa mau memberikan
kritik. Sami’na wa ato’na . Misal, doktrin feminisme Barat berasal dari asumsi
dasar “masyarakat Barat adalah masyarakat patriarki = Masyarakat yang menjajah
perempuan“. Sejauh pembacaan saya, akivis feminist tidak bersedia mengkritik
pendapat ini, bahkan hanya sekedar bertanya “Apa iya di Indonesia terjadi
seperti ini?“. Sedikit kesialan yang terjadi pada kaum perempuan, dijadikan
dalih “nah, iya kan, perempuan Indonesia terjajah“. Padahal, jika mau diteliti
ulang, kesialan terjadi kepada semua pihak. Apalagi kepada laki-laki.
Perlu diketahui
salah satu ciri paradigma modern Barat adalah konsep universalime. Mereka beranggapan
bahwa apa yang terjadi di Barat, pasti terjadi di seluruh dunia. Selain itu
mereka juga terpengaruh berat dengan
konsep evolusi. Tidak hanya dalam biologi tapi juga dalam ilmu sosial. Mereka beranggapan
bahwa dunia ini berproses dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Dan
anda bisa tebak, apa standard “masyarakat maju/ berperadaban“ ini? Ya Barat.
Maka ketika mereka menjajah negara lain, mereka sebenarnya mempunyai pembenaran
ilmiah dan “niat baik“ dengan mengatakan “kami ingin membantu agar masyarakat
primitif (seperti Indonesia, Melayu, suku aborigin, indian, dll) agar menjadi
masyarakat yang maju dan berperadaban“.
Sialnya, banyak dari
kalangan kita, termasuk akademisi kita menerima begitu saja apa yang berasal
dari Barat (termasuk nantinya apa yang berasal dari Arab dan tempat yang
dianggap superior lainya). Terjajah, tapi merasa merdeka. Merasa merdeka dalam
berfikir, padahal tidak mikir sama sekali.
Posting Komentar untuk "Feminisme dan Ide Dekolonisasi"