Keontentikan
Ilmu Agama dan Pizza Ber-toping Nanas
Kita buat
konsensus dulu, bahwa Pizza adalah makanan asli masyarakat Italia. Setelah itu,
saya beri anda saran untuk jangan pesan Pizza dengan topping nanas di Italia. Karena
anda bisa menyulut amarah banyak orang, termasuk sang koki. Di Italia (setau
saya) topping nanas dianggap sebagai sebuah penghinaan terhadap Pizza. Bid’ah yang
sesat dan produk “tidak ilmiah” dalam dunia kuliner Italia. Pizza nanas dianggap
bertentangan dengan “Sanad Pizza” dan juga “Filsafat Pizza” yang diturunkan
dari leluhur mereka.
Disisi
lain, hampir di seluruh penjuru dunia (termasuk Jerman yang notabene masih satu
benua dengan Italia), Pizza nanas ini sudah dianggap lumrah dan diterima oleh khalayak
umum. Melihat peristiwa ini, apa tanggapan anda? Saya beri opsinya:
1.
Anda salut kepada orang Italia karena tetap
tegas mempertahankan originalitas budaya mereka ditengah gempuran dunia. Anda ikut
bangga karena masyarakat Italia tidak gentar meskipun melawan penduduk dunia
demi keontentikan mereka. Bahkan anda masih yakin bahwa Pizza paling otentik di
dunia, ada di Italia dengan sanad Pizza yang mereka dapatkan dari leluhur
mereka.
2.
Anda anggap bahwa orang Italia ini adalah
orang-orang yang stagnan, tidak maju, tidak siap menerima nilai-nilai baru, tertutup
atas budaya lain, dan bukan citizen of the world. Mereka ini tidak progresif
dan tentunya tidak ilmiah. Selalu terkengkang di masa lalu.
3.
You don’t give a single care about it. Bodo
amat!
Hiraukan
nomer 3, dan mari kita bahas nomer 1 dan 2. Mereka inilah yang sering berdebat
tentang keotentikan “Pizza”. Saya
termasuk yang menganut opsi pertama meskipun saya makan Pizza nanas. Saya tetap
mengagumi determenasi orang Italia untuk mempertahankan originalitas mereka. Dan
sampai detik ini, saya tetap yakin bahwa seenak apapun Pizza di luar Italia,
Pizza terotentik adalah Pizza dari Italia. Mereka punya “hak” untuk mendikte
mana yang pantas sebagai topping Pizza. Maka bayangkan, ketika ada orang Amerika
misalnya (dan anggaplah ia koki handal), datang ke Italia sambil menunjukan
bahwa Pizza nanas itu sesuai dengan tradisi masyarakat Italia. Tentu
menyebalkan bukan? Bahkan anda akan menyebutnya arogan.
Tapi jika
anda penganut pendapat kedua, maka menurut saya anda menderita inferiority
complex, yang mengharuskan anda ikut arus kemanapun mayoritas orang berjalan. Tidak
siap berdiri dengan nilai-nilai yang sudah diyakini kebenaranya. Anda akan terombang
ambing ditengah opini Pizza mana “benar”. Kenapa begitu? Karena dunia pasti akan
berubah, bahkan drastis. Jika anda tidak punya pendirian, lama-lama anda akan
mendapati diri anda makan Pizza pakai nasi atau Juz Pizza.
Dan teman-teman sekalian, agama lebih rumit daripada sekedar Pizza bertoping nanas. Kalau anda bisa mengapresiasi masyarakat Italia untuk memperjuangkan keotentikanya, saya yakin anda bisa menemukan tempat di hati anda untuk memahami ketika saudara anda memilih mempertahankan keotentikan agamanya lewat jalur metode sanad dalam beragamanya.
Posting Komentar untuk "Keontentikan Ilmu Agama dan Pizza Ber-toping Nanas"