Zaid bin Haritsah: Dari Budak Hingga Hampir Menjadi Khalifah
Zaid bin Haritsah
adalah salah seorang sahabat yang pertama kali masuk Islam dari kalangan budak.
Zaid pernah diangkat sebagai anak angkat nabi bahkan terkenal dengan sebutan Zaid
bin Muhammad. Asliya, Zaid adalah seorang anak dari suku di Yaman. Dia memiliki
bapak dan ibu yang berbeda suku yang kebetulan kedua sukunya sedang berselisih.
Karena perselisihan itu, saudara ayah Zaid (Haritsah) menculik Zaid karena ketidaksukaanya
terhadap suku ibu Zaid. Zaid kemudian dijual di pasar Ukkaz dan dibeli oleh
utusan Sayyidah Khadijah yang kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad sebagai
hadiah.
Singkat
cerita, setelah lebih dari satu dekade, sanag ayah masih mencari-cari
keberadaan sang anak. Salah seorang Yamani yang sedang berada di Mekkah
mengetahui wajah dan perawakan Zaid sebagai orang Yaman dan yakin bahwa ini
adalah anak dari Haritsah. Mendengar kabar tersebut, Haritsah datang ke Nabi
Muhammad (sebelum masa kenabian) agar diberikan izin untuk menebus Zaid. Ketika
bertemu dengan Nabi Muhammad, ayah Zaid memujinya berkali-kali dengan harapan
Nabi bersedia mengembalikan Zaid plus dengan harga yang ia bisa bayar, karena bagaimanapun
Nabi berhak untuk menolak permintaan itu. Alangkah kagetnya Haritsah ketika
Nabi justru mengatakan (saya paraphrased) “Mari kita tanya Zaid, kalau dia
memilih pulang bersamamu, aku akan kembalikan dia dan kamu tidak perlu membayar
apapun. Tapi kalau dia memilihku, maka aku tidak bisa menolak seseorang yang
memilihku”.
Mendengar
balasan ini, alangkah bahagianya Haritsah mengira bahwa dirinya akan segera
pulang bersama anaknya yang sudah lama hilang. Tapi ternyata jawaban Zaid
justru sebaliknya “Aku tidak bisa memilih orang lain selain dirimu (Muhammad).
Bagiku, kamu lebih dari pada seorang ayah dan paman dikumpulkan jadi satu”.
Mendengar
jawaban ini, Haritsah kaget bukan kepalang “Zaid, apa kamu sudah gila? Kamu lebih
memilih hidup disini sebagai budak daripada pulang dan hidup sebagai orang merdeka
bersama keluargamu?
Zaid justru
membalas “Ini adalah pilihanku. Bagiku, setelah mengenalnya (Muhammad), aku
tidak akan bisa memilih orang lain selain dirinya”
Mendengar
jawaban itu dan demi meringankan beban mental ayahnya, Nabi membawa Zaid ke
Kakbah dan mengumumkan bahwa dirinya mengangkat Zaid sebagai anaknya. Nabi dan
Zaid akan saling mewarisi. Nama Zaid kemudian berubah menjadi Zaid bin Muhammad.
Meskipun begitu, beberapa tahun setelah kejadian itu, turunlah QS al-Ahzab ayat
5 yang melarang anak adopsi menggunakan nama selain marga aslinya. Akhirnya
nama Zaid kembali berubah menjadi Zaid bin Haritsah.
Kecintaan Nabi
kepada Zaid menurun kepada anaknya Zaid, yaitu Usamah bin Zaid. Anak yang lahir
di rumah Nabi Muhammad. Ketika Umar memerintah sebagai Khalifah, Ibnu Umar
sempat protes kenapa gajinya dibawah Usamah bin Zaid. Umar menjawab ringan “karena
dia lebih dicintai Nabi daripada dirimu, dan bapaknya Usamah (yaitu Zaid) lebih
dicintai nabi dari pada bapakmu (yaitu Umar sendiri)”.
Zaid juga
memiliki satu keutamaan agung yaitu satu-satunya sahabat yang disebut namanya secara
langsung dalam al-Quran Surah al-Ahzab: 37. “Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap istrinya…”
Disisi
lain, Abu Bakr hanya disebut dengan kata ganti sebagaimana dalam Quran Surah
al-Taubah: 40 dalam cerita Gua Tsur: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad)
maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita"
Zaid bin
Haritsah meninggal ketika perang Mu’tah melawan pasukan Romawi. Sayyidah Aisyah
memberikan komentar tentang Zaid “Jika Zaid masih hidup ketika Nabi Muhammad
meninggal, dialah yang akan menjadi khalifah pertama”.
Wallahu a’lam…
Posting Komentar untuk " Zaid bin Haritsah: Dari Budak Hingga Hampir Menjadi Khalifah"