Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Isu poligami dan kebebasan ala Barat

  Terlepas dari anda setuju atau tidak mengenai isu poligami, tapi jika anda mau menggunakan nilai-nilai Barat untuk menghukumi isu ini, maka anda akan kebingungan sendiri. Kenapa? Barat memang menolak ide poligami, tapi mereka memiliki kebiasaan yang namanya serial-monogami. Nikah-Cerai-nikah lakg-cerai lagi. Begitu terus berkali-kali. Mirip poligami, tapi pakai cara cerai. Di Barat, menikah itu tidak lagi sakral, layaknya bagi orang timur. Bahkan muncul ide, bahwa nikah, hanya merugikan laki-laki. Karena setelah menikah, kalau nanti bercerai, harta mereka akan hilang setengahnya (lihat kasusnya Bill Gates dan Jeff Bezos). Disisi lain, bagi orang Barat, kalau cuma pengen sex, ya tidak perlu nikah. Dimana sex adalah salah satu inti alasan kenapa laki-laki menikah. Jangan dikira konsep “kebebasan ala Barat“ itu tidak mempunyai konswekensi buruk. Naif itu namanya. Mudahnya, masyarakat Barat itu bebas dalam berbuat, tapi masyarakat timur itu bebas dari konswekensi buruk.

Feminisme dan Ide Dekolonisasi

Video KH Yahya yang mengatakan bahwa anak-anak fatayat jangan ikutan feminisme beredar. Sejauh ini, saya pribadi belum melihat adanya penolakan terhadap video tersebut dari kalangan feminist NU. Dari buku Dekolonisasinya mas Rofiq saya memahami bahwa proyek dekolonisasi adalah proyek memerdekakan diri dari penajajahan ilmiah oleh sarjana Barat. Mudahnya, jika Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 45, tapi dalam ranah akademik, kita belum semerdeka itu. Cengkraman penjajah masih terasa dalam dunia akademik hingga sekarang. Contohnya apa? Kita terlalu sering membebek kepada Sarjana Barat modern mengenai apa yang disebut sebagai “ilmiah” dan tidak. Termasuk paham feminisme ala barat yang menjadi inspirasi penyebaran feminisme di Indonesia. Sebenarnya tidak salah juga untuk menerima pemikiran Barat. Yang menjadi masalah adalah feminist Indonesia menerima begitu saja doktrin Barat tanpa mau memberikan kritik. Sami’na wa ato’na . Misal, doktrin feminisme Barat berasal dari asumsi dasa...

Melihat Turats (peninggalan klasik)

Gambar
Ada kelompok yang melihat turats Islam beranggapan seolah itu hal yang tidak penting. Ibarat politisi muda yang waktu pertama di lantik dulu pernah bilang “Saya memang tidak tahu masa lalu, tapi saya tahu masa depan”. Tapi ada juga kelompok yang melihat seolah turats telah menyediakan segala jawaban dan kita tinggal menggali harta karun tersebut. Tentunya kedua model seperti itu sulit diterima dan seharusnya memang tidak terima. Terutama bagi yang sudah setuju bahwa turats itu penting, maka Langkah selanjutnya adalah melihat turats dengan bijak. Seperti sedangan berkendara, melihat turtas ibarat melihat kaca spion. Bagaiamanapun menengok kaca spion adalah hal penting, akan tetapi melihat kaca inti ke depan jauh lebih penting. Jangan sampai kita terjebak romantisme masa lalu dan lupa bahwa kehidupan kita maju ke depan. Banyak legacy turats yang (terlepas dari pentingnya hal tersebut) tapi justru menimbulkan efek kontra-produktif. Menyita banyak fokus umat muslim dari zaman klasik hi...

Buku Dekolonisasi dan Coranica Project

Gambar
  Alhamdulillah buku Dekolonisasi karya kakak kelas saya (Mas Rofiq) sudah terbit dan sampai Jerman. So far, buku ini menarik sekali buat para pengkaji pemikiran. Membantu saya memahami cara berfikir orang-orang modern dan post-modern. Kemarin saya sempat berdiskusi dengan salah satu kolega mengenai salah satu proyek besar di Jerman Coranica Project dan juga Corpus Coranicum yang inti dari proyek ini   bisa dibilang mencoba mencetak “Quran baru“ berdasarkan manuskrip terkuno yang selamat hingga kini. Sampai sekarang, manuskrip yang selamat dan dicek dengan metode carbon date menunjukan tahun asal sekitar 20-40 tahun setelah Nabi SAW meninggal. Salah satu manuskripnya sudah bisa diakses online disini. http://idb.ub.uni-tuebingen.de/opendigi/MaVI165#p=1&fbclid=IwAR2dO4h9vaDZqAXLF7v__PJ_7rQnP_WZMqFdHz50k2n8PKuVw9qJRPajNhk Disisi lain, manuskrip asli Mushaf Utsmani (yang asli dikumpulkan di zaman Utsman) yang diyakini oleh mayoritas umat islam dan sering disebut-sebut da...

Lalu bagaimana jika pikiran kita salah?

  Lalu bagaimana jika pikiran kita salah? In order to be able to think, we have to take the risk to offend the other Supaya kita bisa berfikir, kita harus berani mengambil resiko untuk menyinggung orang lain. Begitu kira-kira kata Jordan Peterson dalam salah satu wawancaranya yang viral dengan Cathie Newman, yang membuat dia semakin viral di dunia online. Kebebasan untuk berfikir adalah satu pondasi yang akan menjadikan sebuah peradaban hebat. Tidak bisa tidak. Dan ya, kadang satu pemikiran akan bersinggungan dengan pemikiran yang lain dan mungkin akan mengakibatkan bentrokan fisik. Clash inilah yang kemudian menempa satu ideologi menjadi kuat. Dia yang kuat yang bertahan. Tidak ada pelaut hebat yang lahir dari ombak yang lemah. Pertarungan antar ideologi memang diperlukan untuk menguji bahwa ideologi ini benar-benar punya pondasi yang kuat. Lalu bagaimana jika pikiran kita salah? Disini, ceramah Gus Baha menentramkan hati saya ketika beliau cerita ada seorang Gus yang tida...

Arugmen otoritas 2

  Banyak yang mencoba menggunakan argumen otoritatif dalam membela pendapat mereka dengan menjadikan salah satu tokoh sebagai pijakan kebenaran. Misal dengan perkataan “siapa kamu dibandingkan Imam Syafii?“ tentu hal ini benar adanya. Imam Syafii adalah imam hebat di zamanya. Tapi pernyataan tersebut juga bisa dibalik “Siapa Imam Syafii di banding kita?“ (Tolong jangan dibaca dengan nada bahwa saya merendahkan Sang Imam). Maksud dari pernyataan ini adalah, Imam Syafii pun tidak mengalami zaman kita dan jika Sang Imam hidup di zaman sekarang, bisa jadi pendapat beliau dalam banyak hal akan berubah juga seperti halnya ada qoul jadid dan qoul qadim-nya imam Syafii. Imam Syafi’i tidak mengenal teknologi modern dan segala intrik yang ada di dalamnya. Bahkan hal yang simple, Imam Syafi’i tidak kenal dengan teknologi birth control, softek, dan lain-lain dalam membuat hukum fikih Wanita, yang bisa jadi dengan adanya kedua hal ini, banyak hal di fikih wanita akan bergeser. Semoga Allah ...

Jangan suka berteman dengan orang pelit

Kata Gus Baha, watak itu sifatnya saling mencuri/ mempengaruhi. Watak kita adalah hasil dari pengaruh orang-orang sekeliling kita. Orang yang biasanya dermawan biasanya karena sekelilingnya adalah orang yang dermawan. Begitu juga sebaliknya. Contoh sederhana dan lumrah terjadi adalah budaya “nyumbang” ketika tetangga ada hajatan. Mulanya budaya ini adalah budaya gotong royong meringankan beban tetangga yang hajatan. Yang bisa bantu beras, bantu beras. Yang punya teh dan gula, bantu teh dan gula. Yang bisanya bantu tenaga, bantu dengan tenaga. Tapi, lama kelamaan, budaya ini menjadi budaya transaksional. Dimana kebanyakan penyumbang memilih untuk menyumbang uang dengan alasan biar nggak repot mikir, nggak repot bawa, dan si penerima lebih fleksibel membelanjakanya. Disini, watak pelit dan perhitungan mulai bermunculan. Kalau saya nyumbang 100.000 pada si A, berarti besok ketika saya ada hajatan, si A diwajibkan secara sosial untuk nyumbang 100.000 kepada saya. Atau dalam pengalaman saya...

Larangan Perbudakan

Dalam sejarah modern, penghapusan perbudakan (perbudakan dalam konsep klasik) dengan pendekatan konstitusional di mulai pertama kali oleh British (1807) dan kemudian disusul oleh Amerika (1863) di zaman president Abraham Lincoln. Bahkan tekat Lincoln untuk menghapuskan perbudakan mengakibatkan meletusnya perang saudara (Civil War) pada tahun 1861-1865 di Amerika. Setelah itu, satu persatu negara terinsipirasi untuk menghapuskan sistem perbudakan di wilayah masing-masing. Tahun 1962, Arab Saudi menjadi negara terakhir di dunia yang menghapuskan sistem perbudakan. Snouck Hurgronje juga menggambarkan bagaimana perbudakan di Arab Saudi eksis ketika ia berkunjung kesana. Peradaban Barat (British dan Amerika) merupakan peradaban yang berhasil menginspirasi penghapusan system perbudakan secara menyeluruh di dunia. Tentu sebelum Barat sudah ada peradaban yang menyerukan kepada pembebasan terhadap budak, seperti Islam. Tapi ide kemanusiaan Barat-lah yang bisa dikatakan berhasil membebaskan manu...