Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Madzhab baru pemberdayaan wanita

Gambar
  Pemberdayaan Wanita di Indonesia sebenarnya sudah jauh dimulai sebelum adanya faham feminisme. Beberapa contoh diantaranya adalah: Magnum Opus surat RA Kartini dimana pemikiran beliau bisa dikatakan melampaui zamanya. Ringkasan buku dan pemikiranya diringkas dengan apik di Kanal Youtube Ngaji Dr. Fahrudin Faiz Edisi ke 151 tentang RA Kartini. Teks Sumpah Pemuda juga dengan tegas menunjukan keikutsertaan dan kehebatan perempuan Indonesia dalam mengukir sejarah. Kongres Perempuan pertama (1928) Indonesia juga ada sebelum feminisme masuk. Organisasi Islam Perempuan (misalnya Aisyah dan Muslimat) telah eksis sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Dan (meskipun secara pribadi saya tidak sepakat dengan gerakanya), Gerwani, merupakan salah satu contoh organisasi masa perempuan hebat di zamanya. Pahlawan Perang Perempuan Indonesia juga tidak sedikit. Dan masih banyak contohnya. Sejarah Indonesia sebenarnya telah menunjukan bahwa taring perempuan Indonesia adalah taring seri...

Definisi perempuan dalam studi gender

Gambar
  Salah satu bukti saking bingungnya akademisi di bidang ilmu sosial (social science) untuk membela ideologi feminist (ala Barat) dalam studi gender adalah ketika kita melihat bagaimana Cambridge Dictionary mendefinisikan apa itu “woman“ (perempuan): Woman: an adult who lives and identifies as female though they may have been said to have a different sex at birth. “Perempuan adalah orang dewasa yang hidup dan diidentifikasi sebagai PEREMPUAN, meskipun mungkin dikatakan bahwa mereka mereka memiliki jenis kelamin lain ketika lahir.” Cara mendefinisikan seperti itu, mirip ketika kita ditanya, “apa definisi kucing?”, lalu dijawab dengan “kucing adalah hewan yang diidentifikasi sebagai KUCING”. “Apa itu hidrogen?” dijawab dengan “Senyawa atom yang diidentifikasi sebagai HIDROGEN.” Seolah menjawab pertanyaan, padahal tidak menjawab pertanyaan. Terlebih lagi, jika dilihat dari definisinya, maka yang menjadi beda antara laki-laki dan perempuan sebenarnya HANYALAH perasaan masing-masing. Ma...

Sex dan Gender

Dalam studi Gender yang dilakukan oleh Pusat Studi Wanita/ Gender (PSW/ PSG) di banyak universitas, salah satu yang menjadi doktrin umum adalah pernyataan „Gender adalah konstruk sosial“. Maksudnya kurang lebih adalah, ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segi sex (kelamin) dan gender. Dilihat dari segi sex (kelamin), inilah yang nantinya menjelaskan tentang aspek kodrati laki-laki dan perempuan. Seperti perempuan itu kodratnya adalah haidh dan melahirkan. Adapun menyusui banyak yang mendebat ini bukan sebagai aspek kodrati dengan adanya susu formula. Adapun kodrat laki-laki, saya belum menemukan pembahasan hal ini oleh para feminis. Lalu kemudian ada istilah gender. Gender adalah peran seseorang dalam masyarakat yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki dan wanita. Menurut pemahaman studi gender, laki-laki diasosiasikan sebagai maskulin, maco, tegas, pemimpin, dll, sedangkan wanita diasosiasikan sebabagi, feminim, lembut, penyayang, dll. Disinilah yang para aktivisi...

Konservatif dan Liberal: Cara pandang baru

  Banyak yang mengatakan bahwa konservatif dan liberal itu berseberangan dan tidak bisa bersatu. Ini adalah cara pandang yang paling umum di masyarakat. Liberal dan konservatif adalah elclassico -nya sebuah pola pikir. Padahal, jika kita mau mundur 10 langkah dan melihat keduanya dari kacamata lain, sebenarnya keduanya saling membutuhkan. Orang liberal identik dengan orang yang kreatif. Berani berfikir out of the box. Di otaknya, untuk menuju Mekkah, akan terlihat banyak jalur. Menurut mereka, semua jalur bisa dilalui. Sebaliknya, orang konservatif, adalah orang yang focus dalam satu jalur. Bisa dikatakan dia tidak kreatif, tapi mereka konsisten dengan jalanya. Bagi konservatif, ketika kita sudah menemukan satu jalan aman menuju Mekkah, maka cukuplah kita mengambil jalur itu sambil mencoba membuat jalur itu lebih efektif untuk dilalui. Orang liberal dibutuhkan untuk “memulai membangun sesuatu”, sedangkan orang konservatif dibutuhkan untuk “menjaga bangunan yang ada agar tetap b...

Feminisme: Seni menyalahkan laki-laki untuk semua masalah

  Semakin kesini dan belajar tentang feminisme saya semakin tidak paham dengan doktrin dasar feminisme. Mungkin saya salah, tapi ideologi dasar feminisme berasal dari doktrin yang mengatakan bahwa selama ini wanita dijajah oleh masyarakat patriarki (didominasi oleh laki-laki). Parahnya generasi milenial kebawah di brainwashed untuk percaya bahwa ras laki-laki “menjajah” (oppressing) ras wanita. Tapi kalau kita lihat dalam kasus Indonesia (khusunya) tidak ada sejarah bahwasanya perempuan dikesampingkan. Ketika Sumpah Pemuda (salah satu tonggak paling bersejarah bangsa Indonesia), tidak ada laki-laki yang bilang “kamu Wanita di dapur saja”. Muhammdiyah dan NU juga mengajak Wanita untuk berjuang bersama tanpa menyingkirkan satu sama lain. Pahlawan Wanita Indonesia yang juga menjadi pemimpin perang juga banyak. Ratu-ratu di Nusantara juga tidak sedikit. Tapi era modern hingga dua hari yang lalu, feminisme masih mengatakan bahwa mereka terjajah oleh masyarakat patriarki hanya karena a...

Argumen Otoritas

 Beberapa kali ketika saya beradu argumen terutama mengenai permasalahan agama, dan ketika pendapat saya berbeda dengan imam madzhab, maka argument saya akan dimentahkan lawan dengan argument otoritas. Mudahnya dengan kalimat “kamu itu siapa dibandingkan dengan ulama 4 madzhab”, “Memangnya kamu sudah hafal al-Quran dan Hadis sebagaimana Imam Syafii ketika umur 9 tahun?”, atau kalimat nyinyir “Wah lulus S1 di universitas ini sudah diajari menjadi mujtahid mutlak, bukan main”. Argumen otoritas seperti ini, dulu saya juga pakai. Tapi seiring berjalanya waktu dan belajar, saya memilih untuk tidak memakai argument seperti itu lagi, dan lebih fokus kepada isi argument-nya. Fokus pada apa yang dibicarakan dan apa argumenya daripada mengenai siapa yang berbicara. Kalau meminjam kata (yang konon) kalam Imam Ali “undzur ma qola, wa la tanzur man qala“ (lihat apa yang dibicarakan, dan jangan lihat siapa yang bicara). Menurut saya, argumen otoritas seperti itu hanya cocok dipakai untuk men...

Muslim Feminis: Antara kewajiban dan hak seorang istri

Muslim-muslimah feminisit selalu komplain dan berteriak keras mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hak wanita. Seolah-olah islam (atau dalam hal ini semua produk fikih klasik) itu memang tidak adil terutama kepada perempuan. Mulai dari waris perempuan 2:1, lalu kemudian kewajiban istri melayani suami, ketaatan seorang istri kepada suami, hak talak suami, hak poligami suami, dll. Yang saya sebut ini memang hanya dalam kasus yang berkaitan dengan hukum keluarga. Adapun selain itu, tentunya juga banyak sekali komplain para feminis mengenai perlakuan fikih klasik terhadap wanita yang dianggap tidak adil. Memang harus diakui ada hal-hal dalam fikih klasik yang kurang pas dengan semakin berkembangnya zaman. Karena memang hukum sering berubah karena adanya perubahan zaman dan tempat. Tapi menurut saya, salah satu masalah besar dari cara pandang activist feminis terhadap hubungan suami-istri adalah orientasi mereka yang melulu membahas soal hak (right). Sudut pandang yang diapakai adalah h...

Agama dan Sains

Ada banyak persoalan agama, yang jika kita telaah lebih dalam, akan bersinggungan dan bahkan berseberangan dengan kemajuan sains. Contohnya, dalam penentuan awal bulan qamariyah, yaitu dalam permasalahan rukyat hilal. Apakah hilal harus benar-benar terlihat dengan mata kepala, ataukah cukup dilihat dengan ilmu pengetahuan? Pendukung 4 madzhab yang di Indonesia secara mayoritas diwakili kelompok NU, berpandangan bahwa hilal awal bulan harus terlihat dengan mata kepala. Hal ini didasarkan pada hadis: “Berpuasalah kamu ketika melihat hilal, dan berbukalah (idul fitri) ketika melihat hilal“. Kata melihat (dalam hadis menggunakan kata ra’a-ru’yah), diartikan sebagai melihat dengan mata kepala. Sedangkan kaum modernis yang mana di Indonesia diwakili oleh kelompok Muhammadiyah, lebih cenderung mengartikan sebagai „melihat dengan ilmu pengetahuan“ (ilmu hisab). Mereka berpendapat bahwa asal data hitungan hisab sudah menunjukan hilal ada/ sudah di atas ufuk, maka dia sudah terlihat/ visible...

Moral itu Relatif?

Dr Norman Doidge dalam tulisanya (pengantar di buku 12 Rule-nya Jordan Peterson) bilang bahwa barat dan kebanyakan manusia (terutama mereka yang bermadzhab post-modern kiri)  mempunyai paradigma berfikir bahwa moral itu bersifat relatif. Morality is Relative. Tidak ada moralisme yang absolute baik itu yang berasal dari nilai budaya, apalagi agama. Benar dan salah hanyalah sebuah opini pribadi/ masyarakat dalam framewok tertententu, baik itu frameworknya berupa etnik, sejarah, budaya, ataupun agama. Hal ini juga terlihat juga dari kenyataan bahwa kampanye „toleransi“ sangat digemparkan. Karena toleransi inilah satu-satunya solusi anti-chaos ketika sebuah kebenaran bersifat relatif. Benar menurutmu, belum tentu benar menurutku. Jadi ya kita saling toleran sajalah. Teori relatifnya nilai moral yang tentunya terpengaruh dari teori relativisme Einsten ini, bahkan tidak lagi hanya sekedar opini, tapi sudah menjadi sebuah doktrin (creed) yang diajarkan, diakui, dan diturunkan ke gener...

Belajar Filsafat: Belajar Mengetahui Batas

Belajar Filsafat adalah belajar untuk mengenal batas. Batas untuk tidak dilanggar. Karena keitka batas itu dilanggar, maka cara berfikir kita akan berantakan dan cenderung tidak konsisten. Seperti teori emanasi ala ibnu Sina dan al-Afarabi ketika keduanya mencoba menjelaskan proses terjadinya alam semesta. Mudahnya alam semesta ini ada dikarenakan ada pelimpahan atau pancaran dari Tuhan itu sendiri. Ketika Tuhan wujud, dengan sifatnya dan kekutanya kemudian terjadi pelimpahan wujud kepada makhluk-makhluk yang lain di berbagai level. Tuhan disini dianalogikan sebagai akal pertama, dari sana kemudian muncul maujud (sesuatu yang ada) selain tuhan itu sendiri, yaitu wujud kedua yang memiliki substansi seperti nur muhammad dan juga jiwa, lalu dari wujud kedua, muncul wujud ketiga, yaitu langit-langit dan bintang, dan seterusnya, hingga akal kesepuluh. Tapi kenapa hanya sampai akal kesepuluh? Hal ini ternyata diserupakan dengan jumlah planet/ bintang yang tampak dan terdeteksi di zaman itu...

Feminisme di Indoensia dan Barat

  Ada perbedaan signifikan dari sejarah feminisme di Indonesia dan Barat. Dimana feminisme barat muncul dikarenakan posisi perempuan yang dizalimi oleh laki-laki. Dizalimi dengan berbagai cara, baik dari segi hukum maupun kehidupan sosial. Perempuan Barat (sebelum perjuangan para feminism) tidak memiliki hak untuk memiliki barang. Jika mereka mempunyai warisan dari ornag tuanya sedangkan dia sudah menikah, maka barang warisan tersebut secara otomatis menjadi milik suaminya. Wanita tidak mempunyai hak pilih. Wanita bahkan tidak memiliki ha katas anak mereka sendiri. Lalu bagaimana soal Pendidikan? Forget it! Adapun Wanita di Indonesia tidak demikian. Sejarah memuktikan bahwa Wanita dan laki-laki berjuang Bersama untuk menaklukan musuh yang sama, yaitu kolonialisme. Penjajahan Belanda. Dalam sejarah Indonesia, tidak ada cerita bahwa laki-laki menghalangi perempuan untuk ikut hadir dan ikut andil dalam perjuangan Indonesia. Termasuk dalam salah satu momen paling bersejarah yaitu Sum...

LGBTQ dan Qatar

Banyak negara yang mem-bully Qatar sebagai tuan rumah World Cup 2022 dengan alasan banyaknya pelanggaran HAM di Qatar, kedudukan wanita di Qatar dan hampir di seluruh mayoritas negara Arab yang di nomer duakan, dan juga hak-hak kaum Pelangi LGBTQ yang tidak dihargai. Banyak negara seperti Amerika, Perancis, Jerman, dan negara di Eropa pada umumnya, yang memberikan kritik pedas terhadap penunjukan FIFA untuk World Cup kali ini. Hebatnya, Qatar tetap tak bergeming. Meskipun kalah mengenaskan dalam fase grup, tapi sebagai tuan rumah, dia benar-benar tak tergoyahkan. Salut buat Qatar. Ironisnya, negara-negara Barat memang tidak mau mengerti dan tidak mau memahami bahwa setiap negara memiliki value/ nilai yang berbeda dari mereka. Mereka benar-benar beranggapan bahwa “Nilai/ value yang benar ya harus seperti kami ini. HAM versi kami ini. Kalau bukan seperti kami, ya salah“. Barat mengalami penyakit jiwa bermana “merasa superior”. Mereka melihat negara lain dengan kacamata inferior. Dan ...

Belajar Menulis

Belajar Menulis Fatimah Mernisi pernah bilang, bahwa menulis adalah bentuk daripada merayu, dan merayu adalah lawan daripada kekerasan. Dari situ, saya terinsipirasi untuk belajar menulis. Menulis yang pasti diterbitkan, karena nulisnya di blog pribadi :D. Awalnya saya bingung, ini mau menulis apa? Ilmiah dengan beragam footnote dan kata-kata akademik yang biasanya sengaja ditaruh oleh penulis “akademik“ biar keliahatan hokyes? Atau tulisan bebas? Atau mungkin puisi? Atau cerita fiksi biar nanti bisa saingan sama abang Tere Liye? Tapi setelah itu, baru saya sadar bahwa “bodo amat” lah tulisanya jenis apa. Yang penting saya nulis. Kebanyakan mikir, pasti nggak jadi nulis. So here we go! Tapi setelah itu muncul lagi pertanyaan, “bagaimana ya cara menulis yang bagus?” Tuh kan, nggak jadi menulis lagi. Mikir lagi. Tapi dari sini saya justru keingat dengan nasihat teman saya dulu. Dia bilang, “Kalau kamu ingin tau bagaiamana cara menulis yang bagus, maka bikinlah list tentang “a...